Arti Peribahasa Tak Ada Gading Yang Tak Retak, Apa Artinya?

Satu
lagi peribahasa yang paling penulis sukai adalah ‘Tak ada gading yang tak
retak.’ Mengapa penulis menyukai peribahasa ini?
Peribahasa ini memberi kita
pengingatan bahwa di dunia ini tidak ada kesempurnaan. Kita sebagai manusia
harus bersikap legowo dalam menghadapi segala masalah atau menerima kenyataan.
Mengapa
harus gading? Karena gading adalah ciptaan tuhan yang diberikan kepada gajah.
Ciptaan tuhan saja bisa menjadi tidak sempurna, apalagi ciptaan manusia.
Peribahasa ini menjadi refleksi bagi berbagai hal, contoh: Ketika kita membeli
suatu barang atau produk dengan brand ternama, belum dapat menjamin produk
tersebut tidak rusak, karena keterbatasan manusia dalam menciptakannya.
Arti
peribahasa tak ada gading yang tak retak adalah setiap manusia/barang pasti memiliki
kekurangan atau kelemahannya masing-masing. Betapa indahnya peribahasa ini jika
dipalikasikan pada kehidupan sehari-hari.
Saat kita menghadapai kekecewaan
karena sesuatu yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan, maka kita
dapat berlapang dada.
Peribahasa yang
sejajar maknanya dengan tak ada gading yang tak retak adalah, tak ada jalan
yang tidak berlubang. Namun, popularitas penggunaannya tidak sesering
peribahasa tak ada gading yang tak retak.
Gading sebagai
barang pemberian tuhan paling indah yang dimiliki gajah, bahkan dianggap
sebagai mahkota menggantikan tanduk milik rusa. Gajah sangat pas dengan gading
yang putih keperakan, seakan mencerminkan kegagahannya yang sepadan dengan
posturnya yang besar.
Jika gajah tidak memiliki gading tersebut, mereka akan
kesulitan dalam menjalani kehidupannya. Membuat pertahanan bagi dirinya ataupun menyerang
lawan-lawannya.
Tapi, apakah gading tersebut akan selamanya berbentuk indah,
putih keperakan? Tentu tidak. Pada akhirnya gajah tersebut harus mengikhlaskan
diri bahwa gadingnya mulai keropos dan retak atau diburu manusia.
Kita sebagai manusia
dapat mengambil pelajaran tersebut. Seandainya kita memiliki barang yang sangat
kita sayangi, misalnya: mobil. Mobil tersebut kita cuci setiap hari hingga
kinclong mengkilap.
Kita juga tidak pernah lupa tune up setiap bulan. Kita melakukan hal tersebut karena harga
mobil itu mahal dan dibeli dengan hasil jerih payah yang sangat keras. Tapi
pada suatu saat kita mengalami kecelakaan yang mengakibatkan mobil tersebut
rusak.
Nah, dengan mengingat peribahasa ‘tak ada gading yang tak retak’ ini,
kita dapat memahami bagaimana cara kerja semesta. Semoga dapat membuat kita
ikhlas dengan apa yang terjadi dihidup kita.